PENGARAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI MOTIVASI (MOTIVATION)
I. Pengertian dan Pandangan Motivasi Dalam Organisasi
Motivasi seperti yang telah disebutkan diatas, akan mempengaruhi,
mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya, yang selanjutnya akan
menentukan efektifitas manajer. Ada dua factor yang mempengaruhi tingkat
prestasi seseorang, yaitu kemampuaan individu dan pemahaman tentang
perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal disebut prestasi peranan.
Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi peranan merupakan satu
kesatuan yang saling berinteraksi.
Model Tradisional
Tidak lepas dari teori manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic
Winslow taylor. Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan system pengupahan
intensif untuk memacu para pekerjaan agar memberikan produktivitas yang
tinggi.
Model Hubungan Manusiawi
Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menentukan bahwa
kontrak-kontrak soisal karyawan pada pekerjaannya adalah penting,
kebosanan dan tugas yang rutin merupakan pengurang dari motivasi. Untuk
itu para karyawan perlu dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
social dan membuat mereka berguna dan penting dalam organisasi.
Model Sumber Daya Manusia
McGregor Maslow. Argyris dan Lkert mengkritik model hubungan manusaiwi
bahwa seorang bawahan tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau
keinginan untuk mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk
berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti dalam arti lebih
menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik, diberi
tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan
pelaksanaan tugas.
C. Teori-teori Motivasi
1. Teori Petunjuk ( prescriptive Theories ) yaitu bagaimana cara
memotivasi para karyawan yang didasarkan atas pengalaman coba-coba.
2. Teori isi ( Content theories ) menanyakan apa penyebab prilaku, macam
teoriini yaitu 1) hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow, 2) Teori
higienis Frederick Herxberg dan 3) Teori prestasi David McCleland.
3. Teori Proses ( Process Theories ) menjelaskan bagaimana prilaku
dimulai dan dilaksanakan termasuk dalam hal ini. 1) teori pengharapan,
2) teori pembentukan perilaku, 3) teori porter lawler, 4) teori Keadilan
http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-pengarahan.html
TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan
memelihara perilaku manusia., dan merupakan suatu proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.
Seorang karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya
dengan baik, mungkin pula tidak. Maka dari itu hal tersebut merupakan
salah satu tugas dari seorang pimpinan untuk bias memberikan motivasi
(dorongan0kepada bawahannya agar bias bekerja sesuai dengan arahan yang
diberikan.
Content Theory
Content theory berkaitan dengan beberapa nama seperti Maslow, Mc, Gregor, Herzberg, Atkinson dan McCelland.
1. Teori Hierarki Kebutuhan, menurut maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
- faali (fisiologis)
- Keamanan, keselamatan dan perlindungan
- Sosial, kasih saying, rasa dimiliki
- Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
- Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Jadi jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, menurut maslow,
pimpinan perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah bawahan
dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan
dia atas tingkat itu.
2. Teori X dan Y , teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor yang
menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada
dasarnya satu negative (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan
order rendah mendominasi individu, dan yang lain positif (teori Y) bahwa
kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3. Teori Motivasi – Higiene, dikemukakan oleh psikolog Frederick
Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua
faktor tentang motivasi. Dua factor itu dinamakan factor yang membuat
orang merasa tidak puas atau factor-faktor motvator iklim baik atau
ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut.
Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang
meliputi:
- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
4. Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan
- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)
5. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari
suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan
diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran
tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang
karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia
meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik,
suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran
organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran
itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
6. Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa
orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil
dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari
organisasi
7. Reinforcement theory, Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive
atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana
konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang
akan dating dalam proses pembelajaran.
Berbagai pandangan tentang motivasi dalam organisasi
1. Model Tradisional, alat motivasi ini didasarkan atas anggapan
bahwa para pekerja sebenarnya adalah pemalas dan bisa didorong hanya
dengan imbalan keuangan.
2. Model sumber Daya Manusia, para ahli berpendapat bahwa para karyawan
sebenernya mempunyai motivasi yang sangat beranweka ragam, bukan hanya
motivasi karen auang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga
kebutuhan untuk berprestasi dan emmpunyai artidalam bekerja. Mereka
berpendpat bahwa sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik, dan tidak selalu para karyawan
memandang pekerjaan sebagai sesuatu hal yang tidak menyenagkan.
Jenis-jenis Motivasi
Motivasi positif dan motivasi negatif, motivasi positif adalah proses
untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita
inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah.
Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau
melakukan sesuatu yang kita inginkan tetapi teknik dasar yang digunakan
adalah lewat kekuatan ketakutan.
Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi
adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan.
http://alumnifatek.forumotion.com/interpreneur-motivasi-f30/teori-motivasi-t595.htm
Teori Motivasi dalam Manajemen SDM
Posted on 21 Maret 2009 by Ahmad Elqorni
Salah satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya
perangsang) kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian
kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan
pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa
setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan,
diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha
untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan
motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang
kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan
segala daya dan upayanya (Manulang , 2002).
Menurut The Liang Gie Cs. (Matutina dkk ,1993) bahwa pekerjaan yang
dialakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat,
dan dorongan kepada orang lain (pegawai) untuk mengambil
tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan
orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai
hasil sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu
seorang manajer dituntut pengenalan atau pemahaman akan sifat dan
karateristik pegawainya, suatu kebutuhan yang dilandasi oleh motiv
dengan penguasaan manajer terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi
oleh motiv, maka manajer dapat mempengaruhi bawahannya untuk bertindak
sesuai dengan keinginan organisasi.
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk
mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan
kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau
melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan
desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan
kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu
tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia.
Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu
movere, yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie
dalam bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan
yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang
yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya
substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya,
dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi,
hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi,
merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan
demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan
motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan
dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang
mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).
Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan
sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya
memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti
untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan
sebagainya.
Menurut Martoyo (2000) motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan
dorongan atau semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999)
motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering
kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap
tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu
faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk
bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas
perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk
bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi
yang besar dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan
atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama
demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan
imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut
insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam
bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian,
penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan
Mulyono , 1999).
Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993)
mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high
degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja
lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan,
sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis
pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah
kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau
activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian
kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Ada
definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan :
1. Pengaruh perilaku.
2. Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan.
3. Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan
melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970).
Teori motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan
(content theory) dan teori proses (process theory). Teori ini dikenal
dengan nama konsep Higiene, yang mana cakupannya adalah:
1. Isi Pekerjaan.
Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi :
Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang
dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya,
pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi
individu.
2. Faktor Higienis.
Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah,
kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara
pribadi, kualitas supervisi.
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
Teori Motivasi Kepuasan.
Teori yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat
dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan
ini didukung juga oleh para pakar seperti Taylor yang mana teorinya
dikenal sebagai Teori Motivasi Klasik. Teori secara garis besar
berbicara bahwa motivasi kerja hanya dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis. Yaitu bagaimana
mempertahankan hidupnya. Selain itu juga
Teori Hirarki Kebutuhan (Need Hirarchi) dari Abraham Maslow yang
menyatakan bahwa motivasi kerja ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa
materi maupun non-materi.
Secara garis besar tersebut teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari
yang rendah ke yang paling tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak
pernah merasa puas, karena kepuasannya bersifat sangat relatif maka
disusunlah hirarki kebutuhan seperti hasrat menyususn dari yang
teruraikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan pokok manusia sehari-hari misalnya kebutuhan untuk makan,
minum, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan fisik lainnya (physical
need). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah, apabila sudah
terpenuhi maka diikuti oleh hirarki kebutuhan yang lainnya.
2. Kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keselamatan, keamanan,
jaminan atau perlindungan dari yang membayangkan kelangsungan hidup dan
kehidupan dengan segala aspeknya (safety need).
3. Kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi,
dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota kelompok
pergaulan yang lebih besar (esteem needs).
4. Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman, dan
kemasyuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi
bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the need for self
actualization). Kebutuhan tersebut sering terlihat dalam kehidupan kita
sehari-hari melalui bentuk sikap dan prilaku bagaimana menjalankan
aktivitas kehidupannya (Zainun , 1997).
5. Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan (esteem need).
Teori Motivasi Proses.
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan
organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh
si pekerja.
Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti :
• Teori Harapan (Expectancy Theory), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan Pertautan (Instrumentality).
• Teori Keadilan (Equity Theory), hal ini didasarkan tindakan keadilan
diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya.
• Teori Pengukuhan (Reinfocement Theory), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian kompensasi.
Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation) dari McClelland
Teori ini menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial
yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan
peluang yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja
adalah :
1. Kebutuhan akan prestasi dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
2. Kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang berprilaku
dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan
berprilaku demikian.
Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib (Robbins , 1996)
Teori X dan Y dari Mc. Gregor.
Teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan
tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang
menganut teori Y.
Pada asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti karyawan
rata-rata malas bekerja, karyawan tidak berambisi untuk mencapai
prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari tanggung jawab,
karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi, karyawan lebih
mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan pada asumsi teori Y
menggambarkan suatu kondisi seperti karyawan rata-rata rajin bekerja.
Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan
tidak betah karena tidak ada yang dikerjakan, dapat memikul tanggung
jawab, berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi, karyawan berusaha
untuk mencapai sasaran organisasi (Robbins dalam bukunya Umar, 2000).
Dalam hal ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek
atau faktor yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Maka
pembinaan terhadap sumber daya manusia tidak pada penyelenggaraan
latihan (training) saja, tetapi juga didukung dengan pengembangan atau
pembinaan selanjutnya (development).
Menurut Mitchell (dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi adalah
memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara
motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab
perilaku; andai kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah
berupa kinerja tinggi.
Prestasi Kerja
Pengertian Prestasi Kerja
Faktor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang
organisasi adalah kemampuan mengukur baik karyawan-karyawannya berkarya
dan menggunakan informasi. Prestasi kerja yang didapatkan oleh para
pekerja organisasi perusahaan merupakan suatu harapan yang mutlak, dan
tidaklah mudah untuk mendapatkannya karena banyak kriteria-kriteria
serta usaha yang keras yang akan dijalani atau dilalui oleh para pekerja
tersebut. Motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan
pribadi, dan meningkatkan kemampuan dimasa mendatang dipengaruhi oleh
umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan kinerja yang
akan datang.
Orang-orang yang termotivasi untuk berprestasi, memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut:
1. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2. Orang-orang yang berprestasi tinggi juga menyukai situasi-situasi
dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan
bukan karena faktor-faktor lain seperti misalnya kemanjuran.
3. Mengidentifikasikan mereka yang berprestasi tinggi, adalah bahwa
mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan dan
kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan pengukuran yang
sistematik terhadap penampilan kerja karyawan itu sendiri dan terhadap
taraf potensi karyawan dalam upayanya mengembangkan diri untuk
kepentingan perusahaan/ organisasi. Menurut (Martoyo , 2000) penilaian
prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Apabila penilaian
prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik tertib dan benar, maka
akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus juga
meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para karyawan.
Penilaian prestasi kerja (Perpormance Apprasial) ini pada dasarnya
merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi
secara efektif dan efisien.
Pembinaan dan pengembangan terhadap para karyawan adalah salah satu
kegiatan dalam rangka menyesuiakan diri dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi, baik bagi para karyawan lama maupun bagi
karyawan yang baru. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan karier
para karyawan, maka perlu dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilaksanakan oleh para karyawan. Menurut (Soeprihanto , 1998)
penilaian prestasi kerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk
menilai dan mengetahui sejauh mana seorang karyawan telah melaksanakan
perkerjaannya masing-masing secara keseluruhan.
Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Prestasi kerja tersebut sangat erat hubungannya dengan masalah latihan
dan pengembangan, perencanaan karier/ kenaikan pangkat maupun masalah
pengupahan. Oleh karena itu informasi secara rutin tentang prestasi
kerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta menentukan
kebijaksanaan dibidang personalia.
Secara terperinci, tujuan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin
Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pemberdayagunaan
karyawan seoptimal mungkin; sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang
kariernya atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan kenaikan
jabatan.
Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi kerja dalam bekerja.
Elemen-elemen Pokok Sistem Prestasi Kerja
Peranan Dari Faktor-faktor Motivasi Dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Mulai dari adanya manusia di muka bumi, motivasi tersebut sudah ada
bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya (selama manusia
hidup). Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi, pada masa
sekarang ini motivasi tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak
asing lagi, dan karenanya menjadi perhatian dari para manajer dalam hal
mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset penting bagi
organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat penting di dalam
penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi adalah
tingkat kemampuan dan keterampilan dari para pekerjanya.
Tetapi secara kenyataannya tidak semua karyawan yang memiliki kriteria
tersebut sesuai dengan harapannya dan juga terdapatnya pekerja yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki
semangat kerja yang tinggi, maka dengan demikian organisasi tersebut
belum menciptakan kualitas kerja yang baik atau prestasi kerja yang
sesuai dengan harapannya.
Secara garis besar semua organisasi memiliki kepentingan serta tujuan
yang berbeda-beda sama seperti yang dimiliki oleh organisasi. Maka
perhatian dari para manajer organisasi atau perusahaan sangat diperlukan
guna meningkatkan kualitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki,
agar dapat mencapai tujuan dan dapat bersaing.
Disamping itu juga terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alat
pemotivasian karyawan atau pekerja sehingga mereka dapat terdorong dan
semangat dalam melaksanakan pekerjaannya diantaranya adalah:
1. Melibatkan atau mengikutsertakan dengan maksud mengajak karyawan
untuk berprestasi secara efektif dalam proses operasi dan produksi
organisasi.
2. Komunikasi, yaitu melakukan penginformasian secara jelas terhadap
tujuan yang ingin dicapai, cara-cara pencapaian dan kendala yang
sekiranya akan dihadapi.
3. Pengakuan, yang pada dasarnya berupa pemberian penghargaan dan
pengakuan yang tepat dan wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang
dicapai.
4. Wewenang pendelegasian, yaitu berkaitan dengan pendelegasian sebagai
wewenang dan kebebasan untuk mengambil keputusan serta kreatifitas
karyawan.
5. Perhatian timbal balik, yaitu berkaitan dengan pengungkapan atas
harapan dan keinginan pemilik atau pemimpin dan pengelola organisasi
pada karyawan serta memahami, memperhatikan dan berusaha memenuhi
kebutuhan karyawannya.
Karena melibatkan individu dan organisasi, maka hal tersebut merupakan
suatu kerumitan dalam memotivasi pekerja untuk dapat bekerja sesuai
dengan harapan. Hal ini mengingatkan bahwa terdapatnya faktor-faktor
yang bersumber dari karyawan seperti kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
sikap, dan kemampuan. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari
organisasi itu sendiri seperti, pembayaran atau gaji, keamanan pekerja,
hubungan sesama pekerja, pengawasan, pujian-pujian, dan pekerjaan itu
sendiri.
Menumbuhkan motivasi kerja.
Manajemen sumberdaya manusia merupakan potensi yang luar biasa hebat
untuk meningkatkan hasil kerja. Konsep “motivasi” penting peranannya.
Seorang pekerja pabrik baja menulis di majalah Industry Week, Januari
1974, begini : “Ada tiga kunci penting untuk mendorong kemajuan para
pekerja, yaitu: perhatian, umpan balik yang terus-menerus, dan perasaan
saling membutuhkan.” (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang
bagus mengenai motivasi dan leadership,
Dengan perhatian pada para pekerja, manajer dapat mengurangi ketegangan,
meningkatkan kepercayaan, dan memperbaiki sikap serta semangat kerja.
Dengan umpan balik yang terus-menerus manajer dapat mengetahui posisi
perusahaannya dalam persaingan dengan pihak lain, citranya atau jasanya
di pasar. Kesemuanya mempengaruhi kehidupan kerja karena kaitannya
dengan produksi barang atau jasa menentukan sekali.
Dengan perasaan saling membutuhkan, para manajer dapat menghilangkan
macam-macam persoalan karena mendasarkan filosofi pengawasannya pada
fakta bahwa peru¬sahaan mempekerjakan seorang karyawan karena
membutuhkan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Sebaliknya
para pekerja memang membutuhkan perusahaan untuk memperoleh pekerjaan.
Usaha manajemen untuk melakukan suntikan motivasi pada pekerja
bergantung hasilnya pada beberapa faktor motivasi. Salah satu faktor
yang harus dipikirkan adalah harapan dan kebutuhan pribadi tiap-tiap
pekerja. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus
mengenai motivasi dan leadership,
Kepuasan Kerja.
Masalah ekonomis seperti pangan, sandang, dan papan sekarang kurang
begitu menjadi perhatian, karena kesejahteraan umum makin meningkat.
Pekerja sekarang lebih memperhatikan pekerjaan sebagai sarana mencari
kepuasan batin (self-fulfill-ment). Orang yang memperoleh kepuasan kerja
biasanya mempertahankan prestasi kerja yang tinggi, sekalipun tidak
bisa ber-bangga dengan gaji yang diterima, jaminan kerja, atau kondisi
kerja lainnya. Seorang karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan dalam
pekerjaannya, yang bosan dengan tugas-tugasnya, cepat atau lambat akan
tidak dapat diandalkan, sering membolos, atau buruk prestasi kerjanya.
Mengukur Potensi Pekerjaan Memberikan Kepuasan.
Menurut daftar di bawah ini, ada sembilan hal yang membuat pekerjaan
tertentu mem¬berikan kepuasan kerja. Para manajer dapat membandingkan
setiap tugas yang diberikannya dengan sembilan hal di bawah ini:
• Pekerjaan tidak monoton. Pelaksana dapat melakukan berbagai unsur
pekerjaan yang cukup bervariasi dan leluasa mengatur tem¬po kerja.
• Pekerjaan dirancang manajemen sedemikian rupa sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dan tenaga pelaksananya.
• Pekerja bebas merencanakan sendiri pe¬kerjaan dan cara kerja yang efektif.
• Pekerja memperoleh wewenang yang me-madai atas pekerjaannya.
• Pekerja mempunyai peluang mendapat pengakuan atas hasil karyanya dan mendapat kesempatan untuk berkembang.
• la tidak merasa diawasi begitu ketat, tidak terlalu banyak diomeli, tidak kelewat dikendalikan.
• Pekerja menilai tugasnya penting bagi keseluruhan karya perusahaan dan secara pribadi tidak merasa dijadikan sekrup mesin.
• Dari pekerjaannya sendiri, pelaksana da pat memperoleh jawab atas
pertanyaan “Bagaimana prestasiku, ya?” sehingga ia dapat meralat
kesalahan dan meningkatkan teknik kerjanya sendiri.
• Pekerjaan menyediakan umpan balik dari atasan tanpa menyebabkan rasa sakit hat atau kekecewaan.
http://rajapresentasi.com/2009/08/menumbuhkan-motivasi-kerja/
Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang dhttp://id.wikipedia.org/wiki/Manajemenikehendaki secara
efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
SUMBER: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/pengarahan-dan-pengembangan-organisasi-motivasi-motivation-4/