PENGAWASAN
Pengawasan diciptakan karena terlalu banyak kasus di suatu organisasi
yang tidak dapat terselesaikan seluruhnya karena tidak ditepatinya
waktu penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan kegiatan
lain yang menyimpang dari rencana semula. Pengawasan merupakan suatu
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan
tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Langkah awal suatu
pengawasan sebenarnya adalah perencanaan dan penetapan tujuan
berdasarkan pada standar atau sasaran.
PENGERTIAN PENGAWASAN
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh
manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau
tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah
kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan
penyembuhan yang diperlukan dan melihat bahwa sumber daya manusia
digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai
tujuan.
Pengawasan dapat disebut juga sebagai evaluating appraising atau
correcting. Pengertian pengawasan yaitu proses penjamin pencapaian
tujuan organisasi. Jadi disini ada kaitan yang erat antara pengawasan
dan perencanaan. Ada beberapa tokoh dan ahli yang mendefinisikan arti
dari pengawasan, diantaranya :
v Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan
mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin
bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif
dan efisien.
v George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi
prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
v Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu
merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga
membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan
organisasi.
v Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses
melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
v Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk
menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan
mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar
hasilnya sesuai dengan rencana.
v Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya
melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi,
tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
v Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya
pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau
mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria,
norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
v Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan
adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
TIPE-TIPE PENGAWASAN
1. Pengawasan Pendahuluan (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan
efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat
waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus
memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin
ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna
mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan
standar.
TAHAP-TAHAP PROSES PENGAWASAN
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan
yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk
standar yang umum yaitu :
v Standar phisik
v Standar moneter
v Standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai
alat pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
PENTINGNYA PENGAWASAN
Suatu prganisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu
ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi
atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi
pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
v Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak
dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru,
diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer
mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi
sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.
v Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal
dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin
kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan
pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
v Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara
sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota
organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
v Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab
atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat
menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan
mengimplementasikan sistem pengawasan.
v Komunikasi
v Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan
apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
PERANCANGAN PROSES PENGAWASAN
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :
1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
v Pengukuran input.
v Hasil pada tahap awal.
v Gejala yang dihadapi.
v Kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi
pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan
diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti.
BIDANG-BIDANG PENGAWASAN STRATEGIK
Bidang strategik yang dapat membuat organisasi secara keseluruhan mencapai sukses yaitu :
1. Transaksi Keuangan
2. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
3. Manajemen Kas (Cash Management)
4. Pengelolaan Biaya (Cost Control)
5. Hubungan Manajer dan Bawahan. Hubungan antara manager dan bawahan
juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara
manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager terus-terusan
memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan
bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu
perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam
menjalankan perusahaan.
6. Operasi-operasi Produktif
ALAT BANTU PENGAWASAN MANAJERIAL
Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum yang banyak digunakan adalah:
1. MANAGEMENT BY EXCEPTION ( MBE )
Management By Exception ( MBE ) atau Manajemen pengecualian adalah
teknik pengawasan yang memungkinkan hanya penyimpangan kecil antara yang
direncanakan dan kinerja aktual yang mendapatkan perhatian dari
wirausahawan. Manajemen penegecualian didasarkan pada prinsip
pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling awal pada literatur
manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani semua
persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani
persoalan organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
2. MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM ( MIS )
MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi
manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk
membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi
perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan
secara efektif.
Tahap perancangan dari MIS yaitu :
v Survai pendahuluan dan perumusan masalah.
v Desain konsepsual.
v Desain terperinci.
v Implementasi akhir.
Agar MIS berjalan efektif maka harus memenuhi lima kriteria, yaitu :
v Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan.
v Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem.
v Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi.
v Adanya pengujian pendahuluan.
v Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis bagi para operator da pemakai sistem.
Kriteria utama MIS efektif yaitu :
v Pengawasan terhadap kegiatan yang benar.
v Tepat waktu dalam pemakaiannya.
v Menekan biaya secara efektif.
v Sistem yang digunakan harus tepat dan akurat.
v Dapat diterima oleh yang bersangkutan
3. ANALISA RASIO
Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses
menghasilkan informasi yang meringkas posisi financial dari organisasi
dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial
yang muncul pada neraca rugi-laba organisasi.
4. PENGANGGARAN
Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan
bagaimana dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun
bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan laporan
resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk
membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang
ditetapkan. Disamping sebagai rencana keuangan, anggaran juga merupakan
alat pengawasan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan
organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri
merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan
membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG EFEKTIF
Adapun karakteristik pengawasan yang efektif harus memenuhi :
1. Ada unsur keakuratan, dimana data harus dapat dijadikan pedoman dan valid.
2. Tepat waktu, yaitu dikumpulkan, disampaikan dan di evaluasi secara
cepat dan tepat
dimana kegiatan perbaikan perlu dilaksanakan.
3. Objektif dan menyeluruh, dalam arti mudah dipahami.
4. Terpusat, dengan memusatkan pada bidang-bidang penyimpangan yang paling sering
terjadi.
5. Realistik secara ekonomis, dimana biaya system pengawasan harus lebih rendah atau
sama dengan kegunaan yang didapat.
6. Realistik secara organizacional, yaitu cocok dengan kenyataan yang ada di organisasi.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja, karena dapat menimbulkan sukses
atau gagalnya
operasi serta harus sampai pada karyawan yang
memerlukannya.
8. Fleksibel, harus dapat menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi,
sehingga tidak
harus buat sistem baru bila terjadi perubahan kondisi.
9. Sebagai petunjuk dan operasional, dimana harus dapat menunjukan
debíais estándar
sehingga dapat menentukan koreksi yang diambil.
10. Diterima para anggota organisasi, mampu mengarahkan pelaksanaan
verja anggota
organisasi dengan mendorong perasaan ekonomi, tanggung
jawab dan prestasi.
Kata Pengantar :
http://rnurinaramadhani.blogspot.com/2011/01/pengawasan-pengawasan-diciptakan-karena.html
Catatan: kata-kata di atas saya ambil dari
" http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/dasar-dasar-proses-pengawasan-2/ "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar